Berita gempa yang terjadi di Jepang pada pukul 14.46 waktu setempat pada hari Jumat, 11 Maret 2011 yang berkekuatan 8,9 skala richter dan diikuti gempa susulan lainnya sangat cepat tersebar keseluruh dunia. Yang menjadi heboh berita tersebut adalah dikarenakan timbulnya tsunami yang luar biasa menghancurkan kota-kota dipesisir pantai timur Jepang dan tsunami tersebut menurut BMKG akan sampai juga di Papua, Indonesia pada pukul 20.20 waktu Papua. Saya yang saat ini tinggal di Jayapura Papua sempat melihat bahwa berita tersebut sempat membuat panik warga masyarakat Jayapura Papua, apalagi yang tinggal dipinggir pantai, banyak warga yang mengungsi ketempat ketinggian. Awalnya saya yakin bahwa jika sampai Papua, kekuatan tsunami tersebut akan sangat kecil sehingga saya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Akan tetapi
saat kurang lebih jam 20.30 waktu Papua saat pulang kantor dari Jayapura dan sampai Kotaraja (wilayah kota lain di Jayapura), koneksi jaringan GSM sangat susah untuk melakukan komunikasi (hanya bisa melakukan sms dengan mencoba secara terus menerus) maka saya berpikiran jangan-jangan tsunami sudah sampai Jayapura dan juga karena beberapa rekan penyedia jasa pelatihan bagi kantor kami yang akan melakukan pelatihan pada senin minggu esoknya menanyakan kepastian berita tsunami tersebut melalui sms maka rasa penasaran akan tsunami tersebut jadi muncul. Akhirnya setelah membeli makanan saya memutuskan untuk melihat fenomena alam tersebut secara langsung, dari kotaraja saya kembali ke Jayapura dan sepanjang jalan cukup ramai dengan lalulintas kendaraan yang tidak seperti biasanya. Saat baru sampai Jayapura sekitar di taman Imbi Jayapura (taman di tengah kota) sirene deteksi gempa sangat keras terdengar dan sedetik sirene itu berbunyi sangat terasa dan kelihatan warga sangat panik, kendaraan roda empat dan dua saling berlomba-lomba mendahului dan membunyikan klakson. Karena sirene tanda bahaya tsunami telah berbunyi maka sayapun membalikkan kendaraan untuk kembali kearah berlawanan melalui jl. Sam Ratulangi, akan tetapi dengan kondisi arus lalulintas yang panik tersebut sangat retan bisa terjadi kecelakaan maka saya mencoba tenang dengan meminggirkan kendaraan didepan kantor telkomsel sekaligus mencoba melihat kondisi air laut yang naik tersebut. Setelah menyaksikan kenaikan air laut tersebut, saya agak tenang dan akhirnya tinggal rasa penasaran saja untuk menyaksikan kenaikan air laut berikutnya. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit kembali air laut ini naik dan lebih tinggi sedikit dibanding yang pertama sehingga hal ini kembali sempat membuat warga sangat panik dan cepat-cepat berlari dan kendaraan kembali memacu kendaraannya. Kenaikan berikutnya kurang lebih selalu berselang 10 menit dengan ketinggian air kurang lebih antara 10-15 cm, setelah melihat naik turunnya air sampai 5 kali dan sudah merasa mengantuk karena sudah jam 23.00 waktu papua akhirnya saya pulang. Ternyata tsunami yang di Papua adalah cucunya tsunami, tetenya tsunami yang di Jepang sudah tidak kuat berlari sampai Jayapura sehingga wilayah Papua relatif aman.
Sisi positif dari kejadiaan ini adalah minimal kita mengetahui bahwa sirere deteksi tsunami di Jayapura masih berfungsi sangat baik dan kejadian ini menimbulkan keuntungan secara ekonomis bagi pedagang kelapa muda di sepanjang jalan skyland karena sampai malam mereka tetap berjualan yang disebabkan banyak masyarakat yang ingin menyaksikan tsunami atau menyelamatkan diri berada sepanjang jalan tersebut.
Bagi saya tsunami kecil ini merupakan fenomena alam kedua yang bisa saya lihat secara langsung setelah tsunami di Manokwari tahun 1996, semoga fenomena alam ini bisa sebagai pengalaman hidup setiap orang.
saat kurang lebih jam 20.30 waktu Papua saat pulang kantor dari Jayapura dan sampai Kotaraja (wilayah kota lain di Jayapura), koneksi jaringan GSM sangat susah untuk melakukan komunikasi (hanya bisa melakukan sms dengan mencoba secara terus menerus) maka saya berpikiran jangan-jangan tsunami sudah sampai Jayapura dan juga karena beberapa rekan penyedia jasa pelatihan bagi kantor kami yang akan melakukan pelatihan pada senin minggu esoknya menanyakan kepastian berita tsunami tersebut melalui sms maka rasa penasaran akan tsunami tersebut jadi muncul. Akhirnya setelah membeli makanan saya memutuskan untuk melihat fenomena alam tersebut secara langsung, dari kotaraja saya kembali ke Jayapura dan sepanjang jalan cukup ramai dengan lalulintas kendaraan yang tidak seperti biasanya. Saat baru sampai Jayapura sekitar di taman Imbi Jayapura (taman di tengah kota) sirene deteksi gempa sangat keras terdengar dan sedetik sirene itu berbunyi sangat terasa dan kelihatan warga sangat panik, kendaraan roda empat dan dua saling berlomba-lomba mendahului dan membunyikan klakson. Karena sirene tanda bahaya tsunami telah berbunyi maka sayapun membalikkan kendaraan untuk kembali kearah berlawanan melalui jl. Sam Ratulangi, akan tetapi dengan kondisi arus lalulintas yang panik tersebut sangat retan bisa terjadi kecelakaan maka saya mencoba tenang dengan meminggirkan kendaraan didepan kantor telkomsel sekaligus mencoba melihat kondisi air laut yang naik tersebut. Setelah menyaksikan kenaikan air laut tersebut, saya agak tenang dan akhirnya tinggal rasa penasaran saja untuk menyaksikan kenaikan air laut berikutnya. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit kembali air laut ini naik dan lebih tinggi sedikit dibanding yang pertama sehingga hal ini kembali sempat membuat warga sangat panik dan cepat-cepat berlari dan kendaraan kembali memacu kendaraannya. Kenaikan berikutnya kurang lebih selalu berselang 10 menit dengan ketinggian air kurang lebih antara 10-15 cm, setelah melihat naik turunnya air sampai 5 kali dan sudah merasa mengantuk karena sudah jam 23.00 waktu papua akhirnya saya pulang. Ternyata tsunami yang di Papua adalah cucunya tsunami, tetenya tsunami yang di Jepang sudah tidak kuat berlari sampai Jayapura sehingga wilayah Papua relatif aman.
Sisi positif dari kejadiaan ini adalah minimal kita mengetahui bahwa sirere deteksi tsunami di Jayapura masih berfungsi sangat baik dan kejadian ini menimbulkan keuntungan secara ekonomis bagi pedagang kelapa muda di sepanjang jalan skyland karena sampai malam mereka tetap berjualan yang disebabkan banyak masyarakat yang ingin menyaksikan tsunami atau menyelamatkan diri berada sepanjang jalan tersebut.
Bagi saya tsunami kecil ini merupakan fenomena alam kedua yang bisa saya lihat secara langsung setelah tsunami di Manokwari tahun 1996, semoga fenomena alam ini bisa sebagai pengalaman hidup setiap orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar